Profesionalisme Berorganisasi

Posted by Ae89 on Sabtu, 08 Mei 2010 | 0 komentar

Organisasi untuk beberapa orang mungkin dianggap sebagai hal yang menyenangkan dan bermanfaat. Namun belum tentu untuk yang lainnya. Mungkin saja organisasi dianggap sebagai suatu boomerang yang siap menyambit kapan saja.
Namun, ketika amanah sudah ada di pundak dan kita sudah bersedia untuk menanggungnya, maka segala konsekuensi harus siap diterima. Bagaimanapun, segala upaya harus ditempuh supaya segala yang kita lakukan nanti bisa dipertanggungjawabkan di hadapan orang lain, dan tentunya pada Sang Maha Kuasa. Maka jangan sampai kita salah membawa diri. Meski satu hal yang kecil, namun jangan sekali-kali dianggap remeh.
Untuk beberapa orang, sangat disayangkan mereka mensia-siakan amanah yang telah dipercayakan kepadanya. Mengerjakan sesuatu malah secara setengah-setengah, menunggu mood bagusnya datang, begitu kata orang.
Jika itu ada dalam konsep organisasi bagi anak seusia sekolah atau mahasiswa, terkadang ada perspektif baik maupun buruknya. Ada yang menganggap bahwa organisasi itu sebagai wadah aktualisasi, dan ada pula yang terpaksa menjalankan.
Berikut ini saya hanya akan mengulas kasus-kasus yang kadang sering terjadi dalam kehidupan organisasi mahasiswa.
Tidak sedikit mahasiswa yang mengeluhkan prestasinya yang merosot karena kesibukan di organisasi. Atau dengan kata lain mengkambinghitamkan organisasi untuk akademik. Padahal tidak semuanya selalu begitu. Tergantung pada cara manajemen waktu saja dan bagaimana cara kita menakar kemampuan kita. Tidak perlu terlalu banyak mengikuti organisasi namun juga bukan berarti tidak mengikuti organisasi sama sekali. Sekali lagi, pengalaman itu harganya mahal. Pengalaman bisa pula didapatkan dalam kehidupan berorganisasi.
Terkadang pula ditemukan beberapa tipe orang yang cuek dalam berorganisasi. Tipe ini lebih mementingkan kepentingan pribadinya dan cenderung merugikan atau bahkan menghambat pekerjaan orang lain. Ketika ada rapat tidak datang, ketika mendapatkan tugas malah dilemparkan kepada orang lain, telat mengumpulkan tugas yang seharusnya dikerjakan atau segala bentuk pembelaan yang menutup-nutupi kemalasan dan ke-tidak-mau-tahuan-nya. Mungkin mereka tidak sadar atau mungkin memang tidak menggubris statement bahwa kehidupan berorganisasi tidak luput dari tuntutan-tuntutan orang yang ingin melihat hasil kinerja organisasi. Dihubungkan dengan hal itu, maka faktor penyebab munculnya sikap lepas tanggung jawab ini misalnya adalah masalah popularitas. Bisa saja dorongan untuk ikut organisasi hanyalah karena mencari popularitas saja. Ingin dipandang keberadaannya namun tidak mau melakukan hal-hal yang dianggap menyusahkan. Begitulah. Sehingga suatu saat jika ia menduduki jabatan sebagai pemimpin atau posisi strategis lainnya, maka ada kemungkinan besar ia tak akan peduli pada kondisi orang-orang yang ada di bawahnya. Yang malah terjadi nanti adalah pimpinan yang sekedar bolak-balik memberi instruksi (perintah) melulu tapi tidak pernah turun langsung. Bagaimana ia bisa mengetahui kondisi lapangan? Mengetahui segala seluk beluk organisasi saja tidak, lalu bagaimana bisa menjadi pemimpin yang berkompeten. Bagaimana bisa menyelami posisi dan kendala bawahan?
Nah, satu hal lagi yang krusial. Pada umumnya pelajar-pelajar (mahasiswa) yang sudah mempunyai pacar akan menomorsatukan pacarnya dan menomorduakan urusan-urusan lainnya. Entah itu dengan wujud membatalkan rapat karena ada janji dengan pacar, tidak melaksanakan tugas organisasi dengan baik karena sudah asyik dengan pacar, dan tindakan-tidakan lainnya. Jika mengurusi yang itu-itu saja, lalu urusan organisasi akhirnya terbengkalai karena pengurus-pengurusnya sibuk dengan urusan pribadi masing-masing. Biasanya tidak ada yang mau mengalah untuk hal yang satu ini. Sungguh menyedihkan.
Begitulah…
Lalu bagaimanakah jika ternyata wujud perilaku buruk dalam organisasi ini diterapkan dalam dunia kerja??? Yah, mungkin saja banyak yang KKN, makan gaji buta, tidak disiplin dalam bekerja, egoistis, dll.
Makanya, mari kita perbaiki niat kita dalam berorganisasi. Jadikan organisasi sebagai salah satu aktivitas yang mampu mengaktualisasikan kreativitas dan bakat, namun tetap profesional. Tidak lupa pula mengatur/manajemen waktu dan memegang amanah.