Tarbiyah itu Dimulai Dari Hal Kecil

Posted by Ae89 on Sabtu, 08 Mei 2010 | 0 komentar

Sekedar sharing saja pada pengunjung blog ini….
Sebenarnya perkembangan tren anak muda sudah mensporadis. Mulai dari cara berpakaian, pola pikir, cara bergaul, dan hal lainnya. Tak bisa dipungkiri, kurangnya tarbiyah (pendidikan) tentang agama bisa membawa dampak yang kurang baik, memudahkan untuk terseret pada hal-hal negatuf. Disinilah peran  orang tua, guru, kakak, maupun para murabbi untuk memberikan arahan dan meluruskan. Tarbiyah dengan cara yang halus merupakan jalan yang paling tepat, namun bukan berarti membiarkan mereka (kaum muda) untuk bertindak sesuai kehendak. Bukan pula berarti memberikan kebebasan dan menunggu hingga mereka mendapatkan jati diri (hidayah)nya.
Kita tidak bisa membiarkan seorang sopir pribadi yang belum tahu arah untuk terus menyetir tanpa arahan rute dari kita, sementara kita tidur enak di jok belakang (padahal kita tahu rutenya). Bisa-bisa malah tersesat di tengah jalan. Kalaupun sopir tersebut akhirnya di tengah jalan bertanya tentang rute pada orang-orang di jalan, yakinkah kita bahwa orang yang ditanyai tersebut pasti menunjukkan jalan yang benar? Atau mungkin orang tersebut malah sengaja membuat kita semakin tersesat. Nah, itu lah tugas orang terdekat untuk memberikan tarbiyah yang kiranya memberikan keleluasaan namun tetap mengarahkan. Analoginya, mungkin saja orang tua membekali anak-anaknya dengan kompas, namun tahukah mereka teknik membaca kompas jika tanpa diajari terlebih dahulu oleh orang tuanya? Perlu diketahui, salah beberapa derajat dalam membaca kompas saja bisa membuat salah arah.
Sama halnya seperti jika orang tua mengetahui ilmu tentang kewajiban berjilbab bagi putrinya yang telah dewasa. Namun, ternyata orang tua tidak menyampaikan, memberikan kebebasan kepada putrinya untuk mencari sendiri titik kesadaran akan wajibnya mengenakan jilbab bagi muslimah. Orang tua hanya menunggu datangnya hidayah bagi putrinya dan tidak memberikan pengertian akan pentingnya menutup aurat. “Padahal sudah jelas, hidayah itu tidak akan datang jika kita hanya berpangku tangan. Pencarian hidayah perlu ada usaha, hidayah itu perlu dijemput”. Oleh karena itu, sudah seharusnya orang tua, murabbi atau para pendidik menuntun, mengarahkan atau bahkan menemani perjalanan panjang mereka untuk mencari kebenaran yang hakiki.
Masa sekarang ini adalah masa-masa yang rawan akan pelanggaran nilai-nilai agama. Pergaulan bebas dipercontohkan dimana-mana, baik di TV, majalah, dan media lainnya. Pria maupun wanita berinteraksi tanpa batas. Sebagai orang tua, seharusnya tarbiyah dimulai dari hal kecil. Misalnya dengan memfilter acara TV yang seharusnya dilihat oleh anak, tidak membiarkan anaknya bepergian di malam hari, tidak memperbolehkan putrinya bepergian bersama teman-teman lelaki, melarang putra-putrinya untuk berpacaran, dsb. Namun tidak melulu tarbiyah itu dominan dengan larangan-larangan, bisa pula dengan mengajak putra-putrinya untuk berdialog hati ke hati, mengajak bersilaturahmi ke rumah sanak saudara, mengajak menghadiri acara-acara kajian agama, mewajibkan membaca Al-Qur’an dan terjemahannya setiap hari, menyampaikan pesan bermakna dalam setiap peristiwa, menganjurkan anak untuk mengenakan pakaian yang sesuai syariat, dsb.
Yang paling penting adalah bagaiamana cara membina keterbukaan  dan kedekatan hubungan antara orang tua dengan putra-putrinya. Orang tua sebaiknya membuat suasana kekeluargaan yang kondusif untuk tarbiyah, supaya anak merasa bahwa orang tuanya lah orang yang paling utama sebagai tempat curhat dan berkeluh kesah, dan bahkan supaya anak merasa tidak perlu punya “pacar” karena sudah mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya. Tidak bersikap kasar apabila anak melakukan kesalahan, namun tidak pula membiarkan begitu saja tanpa mengingatkan.
Mohon maaf apabila banyak kesalahan dalam artikel ini, semata hanya sedikit berbagi atas apa yang saya rasakan selama ini, yakni menjadi seorang anak yang beruntung karena mendapatkan cinta dan tarbiyah dari ayah dan bunda….